Total Tayangan Halaman

Selasa, 10 Juli 2012

Menyimpan data di awan

Akhir-akhir ini lagi ngetrend istilah Komputasi awan (Cloud Computing), tapi saya tidak akan membahas tentang itu, yang akan saya bahas merupakan bagian kecil dari komputasi awan yaitu menyimpan data atau file hasil kerja kita di "awan". Sepengetahuan saya, ada banyak yang menawarkan media penyimpanan di "awan" semisal: Google Drive, Sky Drive, Drop Box dan lain-lain, biasanya layanan yang ditawarkan ada yang berbayar dan ada juga yang gratis dengan pembatasan besarnya data yang bisa disimpan. Pada kesempatan ini saya akan membahas penyimpanan di Google Drive. kapasitas penyimpanan di Google Drive yang gratis setahu saya adalah 5 GB (lumayaan)
Dengan menyimpan data di Google Drive, kita bisa terhidar dari masalah yang mungkin timbul bila kita mengalami trouble atau kerusakan pada hardware kita. karena data tersebut bisa kita unduh, edit, dan kita sinkronisasikan dengan data yang ada di hardware kita di manapun kita berada dengan syarat ada alat untuk akses dan tentu saja jaringan untuk mengakses internet.
Adapun untuk langkah-langkahnya sebagai berikut:
1. kita harus punya akun di google (GMail)
2. Unduh dan instal aplikasi Google Drive di sini atau di sini juga bisa.
3. Setelah instal sampai selesai, selanjutnya kita log in dengan memasukkan alamat email dan password.
kita bisa mengkopi file yng akan kita simpan di "awan" ke dalam folder  Google Drive. folder tersebut aslinya ada di drive C, tetapi kita bisa memindahnya sesuai keinginan. selamat mencoba.

Selasa, 03 Juli 2012

Cara Membuat Indeks


Indeks diperlukan untuk memudahkan pembaca mencari nama atau istilah yang disebutkan dalam buku. Jadi, bila orang ingin memeriksa istilah tertentu dalam buku secara cepat, orang tersebut cukup membuka halaman-halaman tertentu seperti yang tertera pada indeks, tanpa harus membaca buku itu secara keseluruhan.
Microsoft Word dapat membantu kita membuat indeks dan mengurutkannya secara alfabet.

Cara Membuat Indeks

Untuk membuat indeks, terlebih dahulu kita harus menandai istilah-istilah (entri) yang akan dimasukkan ke indeks. Setelah ditandai semuanya baru dilanjutkan dengan membuat dan menampilkan indeks pada dokumen.

Langkah 1: Menandai Entri untuk Indeks
  1. Buka dokumen yang akan dibuat indeksnya.
  2. Pilih teks yang ada pada dokumen untuk dijadikan entri pada indeks.
    Bila ingin menggunakan istilah baru, klik pada bagian yang ingin disisipkan entri untuk indeks (misalnya di dekat teks atau frasa tertentu).
  3. Pada References tab, Index group, klik Mark Entry.
    Index Group
  4. Ketik atau edit entri di kotak Main entry.
    Mark Index Entry Dialog Box
  5. Untuk membuat entri pendamping (cross-reference), pada bagian Options, klik Cross-reference dan ketik teks pada kotak di sampingnya seperti contoh gambar berikut ini.
    cross-reference
  6. Beri format nomor halaman pada indeks dengan mencentang kotak Bold (cetak tebal) atau Italic (cetak miring) di bagian Page number format.
  7. Untuk menandai entri ini, klik tombol Mark atau klik tombol Mark All untuk menandai semua teks yang sama dalam dokumen.
  8. Selanjutnya Microsoft Word akan mengaktifkan fitur Show All Formatting Marks yang akan menampilkan XE field untuk entri yang telah dibuat.
    Contoh tampilan akan seperti gambar berikut ini. Teks Publishing pada gambar merupakan contoh entri.
    Tip: untuk menghilangkan tampilan ini, pada Home tab, Paragraph group, klik Show/Hide Show/Hide atau tekan tombol CTRL + SHIFT + *.
    XE Field
  9. Lanjutkan dengan membuat entri yang lain. Bila sudah selesai, klik Close untuk menutup kotak dialog Mark Index Entry.

Langkah 2: Membuat Indeks
  1. Klik pada bagian halaman dokumen untuk membuat indeks. Biasanya pada halaman terakhir dokumen.
  2. Ketik judul halaman dan tekan Enter untuk memberi jarak antara judul dan isi indeks.
  3. Pada References tab, Index group, klik Insert Index.
  4. Pada tab Index, kita dapat melakukan hal berikut:
    • Centang kotak Right align page numbers, untuk membuat rata kanan nomor halaman. Pilih Tab leader yang ingin digunakan (penyambung teks dan nomor halaman berupa garis putus-putus, titik, dan sebagainya).
    • Columns, umumnya indeks terdiri dari 2 kolom. Bila ingin menambah atau mengurangi jumlah kolom, ubah angka pada kotak di sampingnya.
      Index Tab
  5. Klik OK.
  6. Bila ada perubahan pada entri, klik pada indeks dan tekan tombol F9 untuk update.


Cara Edit atau Format Entri untuk Indeks

  1. Aktifkan fitur Show All Formatting Marks untuk menampilkan XE field dengan mengklik Show/Hide Show/Hide pada Home tab, Paragraph group. Atau tekan tombol CTRL + SHIFT + *.
  2. Cari XE field yang berisi entri yang ingin diubah. Contoh XE field: { XE " naskah" }.

    Tip: Cara lain mencari field, tekan CTRL + F, klik Special, dan kemudian klik Field. Klik tombol Find Next untuk menemukan XE field. Jika Anda tidak melihat tombol Special, klik More.
  3. Untuk merubah atau memformat entri, ubah teks yang ada dalam petik dua.
  4. Klik pada indeks dan tekan tombol F9 untuk update.


Cara Menghapus Entri untuk Indeks

  1. Aktifkan fitur Show All Formatting Marks untuk menampilkan XE field dengan mengklik Show/Hide Show/Hide pada Home tab, Paragraph group. Atau tekan tombol CTRL + SHIFT + *.
  2. Pilih XE field untuk entri yang akan dihapus, termasuk tanda kurung {}, dan tekan tombol DELETE.
  3. Klik pada indeks dan tekan tombol F9 untuk update.

Rabu, 25 April 2012

Buat seluruh tenaga pengajar, entah guru, dosen dan lainnya.. must read"!!

Buat seluruh tenaga pengajar, entah guru, dosen dan lainnya.. must read"!!
::Tulisan Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE UI), copas saka tangga.

LIMA belas tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru mulai belajar bahasa.

Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas. Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya memperbaiki kembali, sampai dia menyerah.

Rupanya karangan itulah yang diserahkan anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa? Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan? Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas diri.

Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”

“Dari Indonesia,” jawab saya.

Dia pun tersenyum.

BUDAYA MENGHUKUM

Pertemuan itu merupakan sebuah titik balik yang penting bagi hidup saya. Itulah saat yang mengubah cara saya dalam mendidik dan membangun masyarakat.

“Saya mengerti,” jawab ibu guru yang wajahnya mulai berkerut, namun tetap simpatik itu. “Beberapa kali saya bertemu ayah-ibu dari Indonesia yang anak anaknya dididik di sini,” lanjutnya. “Di negeri Anda, guru sangat sulit memberi nilai. Filosofi kami mendidik di sini bukan untuk menghukum, melainkan untuk merangsang orang agar maju. Encouragement! ” Dia pun melanjutkan argumentasinya.

“Saya sudah 20 tahun mengajar. Setiap anak berbeda-beda. Namun untuk anak sebesar itu, baru tiba dari negara yang bahasa ibunya bukan bahasa Inggris, saya dapat menjamin, ini adalah karya yang hebat,” ujarnya menunjuk karangan berbahasa Inggris yang dibuat anak saya.

Dari diskusi itu saya mendapat pelajaran berharga. Kita tidak dapat mengukur prestasi orang lain menurut ukuran kita.

Saya teringat betapa mudahnya saya menyelesaikan study saya yang bergelimang nilai “A”, dari program master hingga doktor.

Sementara di Indonesia, saya harus menyelesaikan studi jungkir balik ditengarai ancaman drop out dan para penguji yang siap menerkam. Saat ujian program doktor saya pun dapat melewatinya dengan mudah.

Pertanyaan mereka memang sangat serius dan membuat saya harus benar-benar siap. Namun suasana ujian dibuat sangat bersahabat. Seorang penguji bertanya dan penguji yang lain tidak ikut menekan, melainkan ikut membantu memberikan jalan begitu mereka tahu jawabannya. Mereka menunjukkan grafik-grafik yang saya buat dan menerangkan seterang-terangnya sehingga kami makin mengerti.

Ujian penuh puja-puji, menanyakan ihwal masa depan dan mendiskusikan kekurangan penuh keterbukaan.

Pada saat kembali ke Tanah Air, banyak hal sebaliknya sering saya saksikan. Para pengajar bukan saling menolong, malah ikut “menelan” mahasiswanya yang duduk di bangku ujian.

***

Etika seseorang penguji atau promotor membela atau meluruskan pertanyaan, penguji marah-marah, tersinggung, dan menyebarkan berita tidak sedap seakan-akan kebaikan itu ada udang di balik batunya. Saya sempat mengalami frustrasi yang luar biasa menyaksikan bagaimana para dosen menguji, yang maaf, menurut hemat saya sangat tidak manusiawi.

Mereka bukan melakukan encouragement, melainkan discouragement. Hasilnya pun bisa diduga, kelulusan rendah dan yang diluluskan pun kualitasnya tidak hebat-hebat betul. Orang yang tertekan ternyata belakangan saya temukan juga menguji dengan cara menekan. Ada semacam balas dendam dan kecurigaan.

Saya ingat betul bagaimana guru-guru di Amerika memajukan anak didiknya. Saya berpikir pantaslah anak-anak di sana mampu menjadi penulis karya-karya ilmiah yang hebat, bahkan penerima Hadiah Nobel. Bukan karena mereka punya guru yang pintar secara akademis, melainkan karakternya sangat kuat: karakter yang membangun, bukan merusak.

Kembali ke pengalaman anak saya di atas, ibu guru mengingatkan saya. “Janganlah kita mengukur kualitas anak-anak kita dengan kemampuan kita yang sudah jauh di depan,” ujarnya dengan penuh kesungguhan.

Saya juga teringat dengan rapor anak-anak di Amerika yang ditulis dalam bentuk verbal.

Anak-anak Indonesia yang baru tiba umumnya mengalami kesulitan, namun rapornya tidak diberi nilai merah, melainkan diberi kalimat yang mendorongnya untuk bekerja lebih keras, seperti berikut. “Sarah telah memulainya dengan berat, dia mencobanya dengan sungguh-sungguh. Namun Sarah telah menunjukkan kemajuan yang berarti.”

Malam itu saya mendatangi anak saya yang tengah tertidur dan mengecup keningnya. Saya ingin memeluknya di tengah-tengah rasa salah telah memberi penilaian yang tidak objektif.

Dia pernah protes saat menerima nilai E yang berarti excellent (sempurna), tetapi saya mengatakan “gurunya salah”. Kini saya melihatnya dengan kacamata yang berbeda.

MELAHIRKAN KEHEBATAN

Bisakah kita mencetak orang-orang hebat dengan cara menciptakan hambatan dan rasa takut? Bukan tidak mustahil kita adalah generasi yang dibentuk oleh sejuta ancaman: gesper, rotan pemukul, tangan bercincin batu akik, kapur, dan penghapus yang dilontarkan dengan keras oleh guru, sundutan rokok, dan seterusnya.

Kita dibesarkan dengan seribu satu kata-kata ancaman: Awas…; Kalau,…; Nanti,…; dan tentu saja tulisan berwarna merah menyala di atas kertas ujian dan rapor di sekolah.

Sekolah yang membuat kita tidak nyaman mungkin telah membuat kita menjadi lebih disiplin. Namun di lain pihak dia juga bisa mematikan inisiatif dan mengendurkan semangat. Temuan-temuan baru dalam ilmu otak ternyata menunjukkan otak manusia tidak statis, melainkan dapat mengerucut (mengecil) atau sebaliknya, dapat tumbuh.

Semua itu sangat tergantung dari ancaman atau dukungan (dorongan) yang didapat dari orang-orang di sekitarnya. Dengan demikian kecerdasan manusia dapat tumbuh, sebaliknya dapat menurun. Seperti yang sering saya katakan, ada orang pintar dan ada orang yang kurang pintar atau bodoh.

Tetapi juga ada orang yang tambah pintar dan ada orang yang tambah bodoh.

Mari kita renungkan dan mulailah mendorong kemajuan, bukan menaburkan ancaman atau ketakutan. Bantulah orang lain untuk maju, bukan dengan menghina atau memberi ancaman yang menakut-nakuti.

Kamis, 15 Maret 2012

Yamaha V 80

V 80 adalah salah satu motor yang diproduksi oleh YAMAHA pada rentang tahun 70 akhir hingga tahun 1986 (klo gak salah siih) dengan berbagai perubahan pada bodi, pengapian (dari platina ke CDI), kalau ak sendiri saat ini sedang mencoba merestorasi sebuah motor yamaha V 80 keluaran tahun 1980 warna hijau, sedikit demi sedikit onderdil yng sudah tidak layak pakai kucopot dan ganti dengan yang baru (klo ada di toko spare part, wlopun kadang bukan part ori) klo di toko tidak menemukan barang yang kucari, ak berburu di pasar loak (jember atau kaligelis) dan akhirnya tgl 15 maret 2012 kondisi motor jadi seperti dalam gambar....

Kondisi sekarang:
1. surat-surat komplit dan pajak hidup.
2. lampu-lampu nyala semua kecuali indikator neutral dan oli (blm nyala)
3. speedometer nyala (klo buat jalan masih bisa lari 60 km/jam, mau ditambah kecepatan kasihan klo rontok, hehehe...)
4. klakson nyala.
5. Aki baru.
6. sayap baru dapet di kaligelis (kondisinya lumayan dengan harga 30 ribu rupiah).
7.shockbreaker depan belakang baru (belakang-ori, depan-not ori)
8. apalagi yaaaaa.......

saat ini masih berusaha untuk melengkapi, seperti keteng (tutup rantai), begel, tangki oli (yang terpasang tangki oli yamaha 75), tangki bensin (yang terpasang indikator bensinnya sudah gak ada), klo joknya yang terpasang adalah jok irisan tapi aslinya masih ada bengan tulisan "YAMAHA" di belakang, klo ada dana lebih sih penginnya mau menutup sedikit keropos yang ada (maklum motor tua, uda usia 32 tahun) terus dicat ulang, dan juga masih belum ada emblem samping kiri kanan.
semoga ada kelapangan rejeki untuk mewujudkan motor yamaha v 80 impian, AAMIIN...


update foto terbaru aaaaah








Rabu, 29 Februari 2012

Menampilkan Keyboard Arab di layar (How to show on screen keyboard)

ketika kita mau menulis huruf arab, kadang kita agak bingung dengan posisi hurufnya ada dimana, bagi yg belum hafal letak dan tidak mau repot dengan menempel huruf dengan cara manual di keyboard dan merusak pemandangan keyboard, anda bisa menampilkan keyboard di layar desktop anda dengan langkah:
start_all program_accecories_ease of access_on screen keyboard.
adapun untuk memasang harokat:
1. fathah : shift q
2. kasroh: shift a
3. dhummah: shift e
4. fathahtain :shift n
5. kasrohtain: shift s
6. dhummatain: shift r
7. tasydid: shift ~
8. sukun: shift x
ok, selamat mencoba.

Menulis Transliterasi Arab

Menulis Transliterasi Arab

Kalau kita mau menulis kata-kata yang berasal dari bahasa arab, kita harus mengikuti kaidah transliterasi yang telah ditetapkan dan disetujui penggunaannya secara nasional bahkan internasional, sehingga tulisan yang berisi kata-kata arab bisa dibaca oleh siapapun dalam komunitas akademik. Adapun untuk menulis transliterasi, pertama yang harus kita punya adalah font "times new arabic" yang bisa anda download di sini.
Setelah anda mengunduhnya, langkah pertama adalah anda harus mengekstrak dengan software ekstraktor seperti 7zip, winrar dan lain-lain. software tersebut pada umumnya merupakan software wajib yang harus terinstal di komputer atau laptop, tp jika perangkat anda belum terinstal software tersebut, anda bisa mengunduhnya terlebih dahulu di sini atau di sini atau di sini , setelah anda mengekstrak file "times new arabic" akan ada 4 file yang ada di dalam folder, langkah selanjutnya adalah anda cukup melakukan copy pada file "translit" kemudian anda paste di drive C/windows/fonts. asal anda tidak salah folder dalam melakukan copas, pemasangan font times new arabic dijamin sukses. selanjutnya anda bisa mengoperasikannya dengan membuka microsoft office word dan font yang anda pilih harus font times new arabic. di dalam file yang sudah anda unduh juga ada petunjuk transliterasi. ok selamat mencoba.

Sabtu, 18 Februari 2012

Menghadapi Tilang Polisi dengan Baik dan Benar




Tips nya :
1. kalo lu ditilang di jalan sebenernya ada dua pilihan (gue juga baru tahu), form biru dan form merah.
2. Form biru adalah kalo lu terima kesalahan lu (artinya lu gak perlu berdebat ama hakim). Dgn form ini lu bayar dendanya di BRI yg ditunjuk (nanti tabel dendanya ama lokasi BRI bisa minta ke gue kalo minat), abis bayar denda resmi ke BRI, ambil SIM ato STNK yg disita ke kantor Ditlantas POLDA Metro di Pancoran, gedung baru, sebelum Gelael arah cawang. Disini ada ruang khusus loket Tilang, ruang tunggu nyaman ber-AC, dengan hiburan SateliteTV (norak ya gue)
3. Form merah artinya lu gak terima kesalahan lu, dan dikasi kesempatan untuk berdebat ato minta keringanan ama hakim. Biasanya tanggal sidang adalah maksimum 14 hari dari tanggal kejadian, tergantung hari sidang Tilang di PN (Pengadilan Negeri) bersangkutan. Contoh gue ditilang di Kuningan, berarti sidang di PN Jaksel, jl ampera, disini sidang tilang setiap selasa. Nah oleh polisi, barang sitaan (SIM or STNK) akan disetor ke kantor Ditlantas pancoran itu sampai dengan H-1 tanggal sidang. Jadi selama masih di pancoran SIM/STNK itu bisa ditebus tanpa sidang ke PN, cukup ke loket yg gue sebutin tadi, serahin form merah, bayar dendanya, SIM/STNK balik dengan sukses.
4. H-1 tgl sidang dan seterusnya, SIM/STNK udah dikirim ke pengadilan sesuai daerah perkara, jadi kudu ditebus di PN masing2
5. Kalo pengen hadir sidang, dateng sesuai tanggal sidang yang tertera di surat Tilang ke PN yg ditunjuk. Tapi ini gak gue saranin. Kenapa ? karena antreannya luarbiasa banyak, kita gak punya kesempatan bertemu hakim, karena sidangnya sebenarnya IN ABSENTIA, dan banyak banget CALO yg nawarin bantuan. Mending enggak deh
6. Lebih baik cuekin aja tanggal sidang, ambil SIM/STNK terserah elu di hari lain, hindari hari sidang tilang biar gak rame, terus langsung tuju Loket khusus Tilang yang ada di masing2 PN. Tunjukin form merahnya, dalam 5 menit SIM/STNK udah di tangan elu dengan bayar denda resmi. Sebelumnya cermati berapa denda resminya, biar gak dilebih2in ama petugasnya (tabel denda resmi gue punya in PDF). Contoh nih, gue tahu denda masuk jalur cepat (gue naik motor) Rp.15000, petugasnya bilang Rp.25600, dikasi angka 600 seolah2 itu perhitungan rumus2 njelimet, padahal akal2an aja biar ada yg masuk kantong dia. Gue kasi uang bulet 15.000 dia diem aja kok..hehe
7. Udah ngerti kan. jadi intinya : jangan sekali2 damai ama polisi di jalanan, tilang mah tilang aja, pilih prosedur sesuai tips diatas, gak usah sidang kalo gak pengen bete, cuekin calo2 yg nawarin bantuan, bayar denda sesuai tarif resmi. Semua ini demi INDONESIA yg bersih dan berwibawa gemah ripah loh jinawi…hehehehe
Ini ada info jadul dari temen gue.
Semoga berguna, krn sampai sekrg masih relevan.
Sumber: http://www.kaskus.us/showthread.php?t=3099682
————————————————————————
Guys… Sekedar info nih. Kalau kena tilang, langsung minta aja Slip Biru. Polisi Lalulintas itu punya 2 slip: Slip Merah dan Slip Biru.
Kalau Slip Merah, berarti kita menyangkal kalau melanggar aturan dan mau membela diri secara hukum. Kalau kita dapat Slip Merah, berarti kita akan disidang. Dan SIM kita harus kita ambil di pengadilan setempat.
Tapi ngerti sendiri kan prosesnya? Nguantri yg panjang bgt. Belom lagi calo2 yang bejibun.
Tetapi kalau Slip Biru kita mengakui kesalahan kita dan bersedia membayar denda. kita tinggal transfer dana ke nomer rekening tertentu (BNI kalo ga salah). Abis gitu kita tinggal bawa bukti transfer untuk di tukar dengan SIM kita di kantor polisi terdekat dimana kita ditilang. Misalnya, kita ditilang di Perempatan Mampang-Kuningan, kita tinggal ambil SIM kita di Polsek Mampang. Dan denda yang tercantum dalam KUHP Pengguna Jalan Raya itu tidak melebihi Rp. 50.000,- dan dananya Resmi, masuk ke Kas Negara. Jadi, kalau ada Polantas yang sampe minta undertable Rp. 75.000,- atau Rp. 100.000,- Biasanya di Bunderan HI arah Imam Bonjol tuh, (sorry) but it’s Bu**S**t! Masuk kantong sendiri.
Trust me guys, I’ve been doing this before. Waktu kena tilang di Bundaran Kebayoran (Ratu Plaza). Saya memotong garis marka. Karena dari arah senopati sebelumnya saya berfikir untuk ke arah Senayan, tetapi di tengah jalan saya berubah pikiran untuk lewat sudirman saja. Dan saya memotong jalan. Saya berhenti di lampu merah arah sudirman. Dan tiba-tiba Seorang polisi menghampiri dan mengetok kaca mobil. Dia tanya, apa saya tau kesalahan saya? Ya saya bilang nggak tau. Trus dia bilang kalau saya memotong Garis Marka. Saya cuman bilang, masa sih pak? saya nggak liat. Maafin deh pak. Tapi dia ngotot meminta SIM saya. Alhasil saya harus berhenti sejenak untuk bernegosiasi. Dia meminta Rp.
70.000,-. Dengan alasan, kawasan itu adalah Kawasan Tertib Lalulintas.
“Nyetir sambil nelfon aja ditilang mbak!”. Dia bilang gitu . Saya kembali ke mobil, dan berbicara sama teman saya yang kebetulan menemani perjalanan saya.
Teman saya bilang, “Udah kasih aja Rp . 20.000 ,- kalo ga mau loe minta Slip Biru aja”. Dengan masih belum tau apa itu Slip Biru, saya kembali menghampiri pak polisi sambil membawa uang pecahan Rp.
20.000,-.
“Pak, saya cuman ada segini.” Si polisi dengan arogannya berkata , “Yaahh.. segitu doang sih buat beli kacang juga kurang mbak”.
Sambil tertawa melecehkan dengan teman2nya sesama `Polisi Penjaga`.
“Ya udah deh pak, kalo gitu tilang aja. Tapi saya minta Slip yang warna Biru ya pak!”. Seketika saya melihat raut wajah ketiga polisi itu berubah. Dan dengan nada pelan salah satu temannya itu membisikkan, tapi saya masih mendengar karna waktu itu saya berada di dalam pos. “Ya udah, coba negoin lagi, kalo ga bisa ga papalah. Penglaris, Mangsa Pertama. Hahahaha…” .
Sambil terus mencoba ber-nego. Akhirnya saya yang menjadi pemenang dalam adu nego tersebut. Dan mereka menerima pecahan Rp. 20.000,- yang saya tawarkan dan mengembalikan SIM saya. Dalam
perjalanan, teman saya baru menjelaskan apa itu Slip Biru.
So, kalo ditilang. Minta Slip Biru aja ya! Kita bisa membayangkan dong, bagaimana wajah sang polantas begitu kita bilang, “Saya tilang aja deh pak, Saya mengaku salah telah menerobos lampu merah.Tolong Slip Biru yah!”. Pasti yang ada dalam benak sang polisi “Yaahh… ngga jadi panen deh gue…”
PS : berdasarkan pengalaman dan bantuan dari berbagai milis, makanya gue pede ngadepin mereka. Silakan disebar ke temen2, biar gak ada yg diperas ama “oknum”, calo dll. Merdeka!!!!

Kamis, 12 Januari 2012

CRITICAL REVIEW TESIS
PARADIGMA PENDIDIKAN PEMBEBASAN
PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM
Penulis : MUSTAFA MUHSIN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendekatan dan metodologi Studi Islam
DOSEN :

Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD
Prof. Dr. Abudin Nata, MA
Prof. Dr. A. Rodoni
Dr. Muhaimin AG
Dr. Ahmad Luthfi, MA
Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA
Dr. Yusuf Rahman, MA
Dr. Oman Fathurahman, M.Hum


Oleh:
NAMA        : MUHAMMAD SARWO EDI
NIM        : 10.2.00.0.12.08.0099
 


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2011

BAB I
A.    PENDAHULUAN
Tesis ini merupakan karya Mustafa Muhsin yang berjudul Paradigma Pendidikan Pembebasan Perspektif Pendidikan Islam, tahun 2010.
Tesis ini dipilih untuk dijadikan Critical Review guna memenuhi tugas pada mata kuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam, di Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Reviewer membagi kritik Tesis ini menjadi 3 bagian, yakni: (A) Pendahuluan (B) Resume Tesis, dan (C) Kritik review dan pandangan meliputi: Kritik metodologis, kritik teori, alternatif  desain penelitian. (D) Daftar Pustaka
B.    RESUME TESIS
BAB I: PENDAHULUAN
    Secara historia realistis, masalah manusia selalu berhadapan dengan problem humanisasi di satu sisi dan dehumanisasi di sisi lain,. Pemanusiaan dalam konteks humanisasi maupun dehumanisasi selalu mengarah pada kemungkinan-kemungkina yang dilakukan manusia sebagai mahluk yang utuh dan sadar akan ketidakutuhannya untuk bereksistensi menuju penyempurnaan-penyempurnaan jika pada dehumanisasi berorientasi pada keinginan untuk keluar dari penghambatan menjadi manusia utuh sebagai akibat ketidakadilan, maka pemanusiaan sesungguhnya fitrah manusia yang mengakui kekurangannya dan selalu dalam mencari yang terbaik untuk kemanusiaannya.
    Di Indonesia, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) unggul yang mampu bersaing dan memiliki berbagai keunggulan komparatif melalui peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang sangat mendesak agar segera direalisasikan menghadapi era global. Untuk itu dalam meningkatkan sumber daya manusia, pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari sistem pendidikan yang berdasarkan filosofi bangsa itu sendiri. Sistem pendidikan cangkokan dari luar tidak akan mampu memecahkan problema yang dihadapi bangsa sendiri. Oleh karena itu, upaya untuk melahirkan suatu sistem pendidikan nasional yang berwajah Indonesia berdasarkan Pancasila harus dilakukan sehingga dapat menghasilkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas sebagaimana diharapkan.
    Sementara itu sistem pendidikan kita masih terkesan sebagai pendidikan yang membelenggu, pembelengguan ini bersumber dari ketidakjelasan visi dan misi pendidikan kita, juga adanya praktek sentralisasi dan uniformitas, serta sistem pendidikan dengan konsep delivery system (sistem penyampaian/pemberitaan). Di sinilah terjadi praktek pendidikan yang mengalir dari atas ke bawah (top-down), yang kurang memperhatikan hak-hak anak secara demokratis dan kreatif, serta kurangnya pemberian kesempatan kepada mereka untuk melakukan rekayasa dalam aktifitas pendidikannya, hal ini akan membuat mereka menjadi beban sosial, tidak mandiri, bahkan tidak memiliki jati diri. Pendidikan demikian dapat dinyatakan sebagai sistem pendidikan tertutup, kurang memberikan kebebasan dan pengalaman kepada pembelajar untuk berkreasi. Perjuangan untuk mendapatkan kebebasan bukanlah sebuah impian yang berada di luar kemampuan manusia dan bukan pula sebuah gagasan yang menjadi mitos. Untuk kesempurnaan manusia, kebebasan merupakan keniscayaan.
Identifikasi masalah
1.    Bagaimana upaya membangun paradigma pendidikan pembebasan dalam pembelajaran?
2.    Apakah relevansi konsep paradigma pendidikan pembebasan dengan pendidikan islam?
3.    Perlunya pendidikan pembebasan dapat diimplementasikan ke dalam pendidikan islam
4.    Penerapan paradigman pendidikan pembebasan dapat terselenggara melalui nilai-nilai pendidikan islam dalam pembelajaran.
Perumusan masalah
1.    Apakah paradigma pendidikan pembebasan PAI dapat diimplementasikan dalam pembelajaran?
2.    Bagaimana implementasi pendidikan pembebasan di sekolah?
Tinjauan pustaka
    Tedapat beberapa tulisan tentang pendidikan pembebasan yang ditinjau dari berbagai aspek, di antaranya:
1.    Jurnal, Bambang Yuniarto dalm tulisannya yang berjudul “pendidikan pembebasan berbasis tauhid (upaya memanusiakan manusia dalam memberdayakan SDM)
2.    Jurnal Keislaman dan Peradaban, Remiswal dalam tulisannya yang berjudul “Demokratisasi dan Moralitas peserta didik”.
3.    Tesis yang ditulis Samsul Bahri (2003) “Pemikiran Pendidikan Paulo Freire dalam perspektif Pendidikan Islam”.
4.    Buku yang ditulis oleh Ign. Gatut Saksono “Pendidikan yang Memerdekakan Siswa”.
Tujuan penelitian
1.    Mendeskripsikan apakah ada relevansi konsep paradigma pendidikan pembebasan dengan pendidikan Islam
2.    Mengkaji nilai-nilai pendidikan pembebasan dalam pendidikan Islam.
3.    Mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan pembebasan perpsektif pendidikan Islam dalam pembelajaran.
Manfaat / signifikansi penelitian
1.    Menciptakan sikap dan budaya kritis di kalangan pelaksana pendidikan (guru) dengan memberikan nuansa berpikir yang lebih kreatif dan inovatif.
2.    Sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya agar dapat melakukan penelitian yang lebih mendalam sehingga dapat diperoleh informasi yang lebih dalam dan luas.
3.    Menjadikan sebagai bahan bacaan dan khazanah pengetahuan dalam rangka pengembangan pendidikan ke depan yang membebaskan.
Metodologi Penelitian
1.    Jenis penelitian, berdasarkan pada tujuan penelitian, jenis penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, yaitu berusaha mengungkapkan dan menemukan secara faktual, akurat dan sistematis fakta dan data mengenai realisasi nilai-nilai pendidikan pembebasan dalam perspektif pendidikan Islam.
2.    Teknik pengumpulan data, penelitian ini menggunakan studi penelitian kepustakaan (library research) dibantu dengan research on the internet.
Teknik analisis data
    Dalam penulisan tesis ini penulis menggunakan analisis data deskriptif analisis. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis dokumen atau analisis isi (document or content analysis) dan analisis wacana (discourse analysis). Analisis wacana merupakan salah satu cara memperoleh makna pesan sebagai alternatif lain akibat keterbatasan dari analisis ini.
Sumber data.
•    Sumber primer: Pedagogy of The Oppressed, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Pendidikan Kaum Tertindas, Pendidikan Islam: Tradisi Dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, Personality Theorities, Al-Tarbiyah Al-Islamiyah Wa Falasifatuha, Ru>h Al-Isla>m, Al-Hurriyyah Fi Al-Islam.
•    Sumber sekunder: Membebaskan Pendidikan Islam, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Teologi Pendidikan, Tauhid Sebagai Paradigma Pendidikan Islam, Reorientasi Pendidikan Islam, Models Of Teaching, serta buku-buku dan tulisan-tulisan lain yang dianggap memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti.
Sistematika penulisan.
Bab pertama merupakan pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan dan kegunaan penelitian, manfaat/signifikansi penelitian, metode yang digunakan dalam penelitian serta diakhiri dengan sistematika penulisan.
Pada bab kedua mengkaji tentang pendidikan pembebasan yang meliputi pendidikan yang membebaskan, membangun interaksi humanis di kelas, pembelajaran berorientasi aktifitas siswa, membangun kecerdasan siswa serta otoritas dan peran guru.
Bab tiga berisi tentang pendidikan islam sebagai upaya pembebasan yang terdiri dari islam sebagai agama pembebasan, konsep kebebasan dalam islam, pendidikan islam sebagai paradigma pembebasan.
Bab empat merupakan inti dari pembahasan dengan melihat kebebasan dalam pembelajaran yang meliputi, perencanaan pembelajaran, penerapan strategi pembelajaran, kurikulum yang mencerdaskan, materi pembelajaran agama islam serta pembelajaran yang menyenangkan.
Bab lima merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan yang memuat kesimpulan, saran-saran dan penutup.
BAB II : PENDIDIKAN PEMBEBASAN
    Kebebasan merupakan kunci dari demokrasi yang menjadi hak dasar manusia dalam mewujudkan kemanusiaannya. Kebebasan dalam mengekspresikan segenap potensi yang dimiliki berupa kebebasan berpikir, berkreasi, berbuat dan bersikap atas dasar pengembangan diri. Kebebasan berpikir yang dimaksudkan di sini adalah hendaklah guru membiasakan anak didik agar memiliki kebebasan secara individual serta mendidiknya dengan cara terbuka dan demokratis agar anak didik memiliki kemampuan dalam menentukan kehidupannya tanpa harus bergantung pada orang lain.
    Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab I Pasal I Ayat I disebutkan: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
    Pendidikan pembebasan sebagai upaya membebaskan manusia sebagai subyek yang memiliki kesadaran dan potensi sebagai man of action. Untuk itu pendidikan pembebasan menempatkan guru dan murid dalam posisi belajar bersama, dan masing-masing memilikiperan sebagai subyek sekaligus obyek yang sama sekali tidak menimbulkan kontradiksi.
    Dalam hubungan itu, pendidik (guru) merupakan elemen penting dalam menumbuhkembangkan manusia yang berkepribadian untuk berinteraksi dalam pembelajaran. Peserta didik hendaknya diarahkan untuk menemukan jati dirinya, baik kemampuan intelektual maupun bakat-bakat yang dimilikinya. Jadi tidak sekedar menerima pelajaran, namun setiap peserta didik harus mengalami bahwa ia dihargai karena dirinya sendiri, bukan karena prestasi atau karena orang tuanya. Mereka juga diarahkan untuk bersikap aktif, memikirkan apa yang dipelajari, kritis, serta dewasa dalam menilai masalah yang dihadapi.
    Otoritas dan peran guru dalam suatu proses pembelajaran sangat penting untuk menentukan kemana pendidikan akan diarahkan. Berkenaan dengan pentingnya peran guru dalam proses pembelajaran, Abudin Nata mengatakan bahwa, sebagai suatu sistem, pendidikan memiliki sejumlah komponen yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Komponen pendidikan tersebut, antara lain kurikulum, guru, metode, sarana dan prasarana serta evaluasi. Lebih lanjut dikatakan bahwa dari sekian komponen pendidikan, guru merupakan komponen pendidikan terpenting, terutama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan mutu suatu proses pendidikan.
BAB III : PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI UPAYA PEMBEBASAN
    Secara teoritik bahwa pendidikan adalah untuk membebaskan. Tapi dalam tindakan nyata, hingga saat ini tidak ada kesadaran bahwa pendidikan merupakan proses menjadikan manusia berpikir bebas dan dengan demikian diikuti tindakan-tindakan yang mendukungnya. Oleh karena itu, pendidikan tidak pernah sampai pada proses pemerdekaan itu sendiri, melainkan sering justru menjadi belenggu, pembebasan bukan berarti liar tanpa aturan atau tidak mau diatur. Berpikir bebas dalam pengertian ini membuat manusia memiliki daya nalar yang kritis serta mampu menentukan pilihan dalam hidupnya.
    Islam menawarkan konsep yang positif-optimistik tentang manusia, bahwa al-Qur’an secara kategorikal mendudukkan manusia ke dalam dua fungsi pokok, yaitu sebagai ‘abd Allah (hamba Tuhan) dan khalifah Allah fi al-ardh (duta Tuhan di muka bumi). Konsep ‘abd Allah lebih banyak mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah, sebagai khalifah, manusia mengemban tugas dan tanggung jawab yang besar yang pelaksanaannya menuntut komitmen moral spiritual tinggi yakni memakmurkan bumi dan mengembangkan risalah serta menegakkan amal yang mengandung kemaslahatan, kebenaran dan keadilan.
    Islam adalah agama yang menempatkan pendidikan dalam posisi yang sangat vital. Bukanlah sesuatu yang kebetulan, pernyataan tersebut didukung dengan lima ayat pertama yang diwahyukan Allah dalam surat al-‘Alaq, yang secara tidak langsung mengandung makna dan implikasi pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Malik Fadajar, bahwa Islam sebagai agama dan pandangan hidup yang diyakini, mutlak kebenarannya akan memberi arah dan landasan etis serta moral pendidikan, dengan kata lain, hubungan antara Islam dengan pendidikan bagaikan dua sisi mata uang, artinya, Islam dan pendidikan mempunyai hubungan filosofis yang sangat mendasar, baik secara ontologis, epistemologis maupun aksiologis.
    Secara teoritis, konsep pendidikan islam mempunyai multi paradigma. Mencakup semua tanggungan yang diemban pendidikan islam terhadap aspek-aspek permasalahan yang sangat kompleks, yaitu: (1) dimensi intelektual, (2) dimensi kultural, (3) dimensi nilai-nilai transendental, (4) dimensi fisik dan (5) dimensi pembinaan kepribadian manusia. Pandangan demikian memberikan ketegasan bahwa pendidikan islam sangatlah berkepentingan dengan kelima aspek tersebut di atas, sehingga corak pendidikan islam sebenarnya memproses perpaduan antara unsur profan dan sakral.
Perpaduan antara unsur profan dan sakral yang terjelma dari kristalisasi kelima aspek yang menjadi sentral kepedulian pendidikan pada gilirannya akan melahirkan manusia yang terbebas dari kungkungan budaya global difahami sebagai ketidakberdayaan manusia dalam menghadapi dan menyikapi derasnya arus globalisasi dengan segala konsekuensinya, dan kungkungan budaya lokal dipahami sebagai bentu ketidakberdayaan manusia memposisikan dirinya secara manusiawi.
    Kebebasan merupakan suatu bagian yang tidak terpisah dari hak-hak tabi’i (natural) yang sepatutnya dinikmati oleh manusia untuk mencapai kesempurnaan kemanusiaan, kehormatan (dignity), kebahagiaan dan kemkmurannya. Di antara hak-hak tabi’i yang menonjol adalah hak untuk hidup, hak untuk bebas, hak untuk mewakili, hak memperoleh ketentraman, hak untuk mendapat persamaan dan keadilan.
    Pendidikan islam sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, harus mampu menyesuaikan visinya dengan visi pendidikan nasional. Orientasi pendidikan islam yang selama ini diarahkan pada masa lalu dengan cara mentransformasikan berbagai ilmu keislaman yang tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan zaman yang selalu mengalami perubahan. Dengan cara demikian tamatan pendidikan islam tidak hanya dapat berkiprah di sektor marginal dan terpinggirkan, melainkan dapat pula berkiprah di sektor lebih luas dan diperhitungkan. Lulusan pendidikan islam seharusnya tidak hanya dapat berenang di kolam yang sempit, melainkan berenang di samudra yang luas.
    Praktik-praktik pendidikan yang didasarkan pada prinsip-prinsip kebebasan, menuntut keterbukaan dan intensitas dialog atau tanya jawab dalam proses belajar mengajar. Hal ini diperlukan karena dengan penciptaan suasana dialogis, secara psikologis membuat anak didik merasakan dirinya turut terlibat, ikut menciptakan dan bahkan merasa memiliki. Kemungkinan besar akan berdampak positif terhadap perkembangan potensi-potensi dasar anak, sehingga mudah menciptakan gagasan kreatif, mandiri dan mampu merekayasa perubahan-perubahan secara bertanggung jawab. Sikap-sikap kemandirian inilah yang dikehendaki dari kerja-kerja pendidikan sebagai praktik pembebasan.
    Ilmu pengetahuan dan teknologi bukanlah sesuatu yang mengikat ekspresi, kehendak dan tindakan kita, tetapin justru untuk membebaskan diri kita dari kungkungan penindasan, pendidikan islam sebagai model transformasi nilai-nilai keislaman dengan kalimat tauhid sebagai kata kuncinya perlu dipahami sebagai proses penanaman ajaran tauhid yang benar, sehingga menjadi elan vital dan merupakan pancaran sikap dan perilaku yang mandiri, karena integritas diri dapat disusun dan dirajut kembali untuk tetap mengekspresikan dirinya sebagai manusia yang punya eksistensi.
    Pendidkan menjadi tempat bagi peserta didik untuk belajar dan mempelajari arti hidup sesungguhnya, bukan hanya membaca buku saja. Pendidikan merupakan rumah yang dipenuhi dengan bunga-bunga kehidupan yang multidimensional. Di sana ada kesedihan sosial yang dapat dibaca dan dirasakan sebagai bagian dari renungan hidup dan kehidupan. Di sana ada kegembiraan hidup dan kehidupan yang sedang dinikmati sebuah masyarakat tertentu dan banyak dimensi kehidupan lainnya yang bisa didapatkan di dalam pendidikan. Oleh karenanya, pendidikan selalu mengabarkan banyak hal yang sebelumnya tidak diketahui peserta didik. Pendidikan memberikan informasi seputar roda kehidupan yang akan berjalan dan telah berjalan. Dengan demikian, peserta didikpun dapat mengambil pelajaran berharga dan bermakna.
BAB IV : KEBEBASAN DALAM PEMBELAJARAN
    Dalam proses pembelajaran, dapat berjalan secara efektif dan efisien maka perlu adanya pengelolaan kelas yang baik, sehingga proses pembelajaran berlangsung secara kondusif yang nantinya berdampak pada tercapainya hasil pembelajaran yang telah ditetapkan. Di mana ketidakmampuan guru dalam mengelola kelas akan menyebabkan gagalnya guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta pengelolaan kelas yang baik harus dapat dilaksanakan oleh guru ketika melaksanakan proses pembelajaran di kelas.
A.    Perencanaan pembelajaran
Secara administratif perencanaan pembelajaran berupa dokumen-dokumen pembelajaran yang meliputi:
1.    Penyusunan program tahunan/program semester (prota/promes)
2.    Penyusunan silabus pembelajaran
3.    Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
B.    Penerapan strategi pembelajaran
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan seorang guru mengembangkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif dalam proses pembelajaran. Sehingga siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.
Dalam memilih strategi pembelajaran, seorang guru perlu memahami prinsip-prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran sebagai berikut:
1.    Berorientasi pada tujuan
2.    Aktivitas
3.    Individualitas
4.    Integritas
Terkait dengan itu, pada pasal 19 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, disebutkan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik maupun psikologis peserta didik.
C.    Kurikulum yang mencerdaskan
Kurikulum yang tepat adalah menggunakan beberapa pendekatan model kurikulum yang memodifikasi sebagai berikut:
1.    Kurikulum sebagai model subyek akademik
2.    Kurikulum sebagai model humanistik (aktualisasi diri)
3.    Kurikulum sebagai model rekonstruksi sosial
4.    Kurikulum sebagai model proses kogniti
D.    Materi pembelajaran agama islam
Substansi materi pengajaran agama islam mencakup beberapa aspek yaitu: al-Quran, aqidah, akhlak, fiqih dan sejarah.
E.    Pembelajaran yang menyenangkan
Ada beberapa komponen membangun suasana pembelajaran yang menyenangkan yaitu: bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh si pembelajar, terciptanya makna, pemahaman atas materi yang dipelajari dan nilai yang membanggakan.
BAB V : PENUTUP
Kesimpulan: kebebasan dalam pembelajaran, dimaksudkan sebagai sebuah sistem dalam proses pembelajaran antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa yang dilakukan secara demokratis dan keterbukaan, sehingga memberikan andil yang besar terhadap pembentukan karakter pembelajaran dan membantu untuk mengembangkan potensi dirinya secara maksimal.
C.    KRITIK/REVIEW
Tesis adalah karya tulis yang dibuat untuk menyelesaikan studi tingkat Magister (S2). Umumnya, tebal tesis terdiri atas 150 sampai 250 halaman. Tebal tesis yang sedang dikritik ini setebal 179, jadi sudah layak dari sisi ketebalan, namun belum tentu layak dari sisi metodologinya.
Untuk mengukur kelayakan sebuah penelitian harus beranjak pada kriteria ilmiah: Tesis merupakan karya tulis pada jenjang Magister, yang lebih tinggi satu tingkat dari sarjana. Tugas ini bertujuan memperluas wawasan mahasiswa dan memperkenalkan mereka kepada metodologi  dari pelaksanaan penelitian selanjutnya. Oleh karenanya, selain harus menunjukkan pemahaman yang komprehensif atas topik yang dipilih, sebuah tesis harus juga dapat menggambarkan korelasi keilmuan dengan berbagai disiplin ilmu terkait lainnya, sehingga jadi sebuah kajian lintas disiplin ilmu, lebih luas dari skripsi. Kontribusi sebuah tesis diharapkan tidak terbatas pada level perguruan tinggi, melainkan dunia keilmuan yang lebih luas.
Untuk mengkritisi sebuah tesis, baik dari segi teori maupun metodologi, pereview mengacu pada panduan Akademik bahwa semua bab harus mengacu pada lima pertanyaan besar, apabila proposalnya ingin dikatakan ilmiah dan bahkan baik, yakni:
1.    Alasan pemilihan judul atau tema penelitian haruslah jelas.
2.    Harus ada permasalahan yang akan dijawab.
3.    Harus tahu cara menjawab permasalahan (metodologi).
4.    Harus menggunakan kerangka teori yang dijadikan landasan untuk menjawab permasalahan.
5.    Harus memberikan sumbangan/manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian .
Kalau setiap bab dimuarakan pada kelima materi presentasi proposal tersebut, maka hasil yang akan diperoleh dari tesis ini secara ilmiah bisa dikatakan bagus dan layak. Layak dari sisi akademis dan layak dari sisi manfaatnya.
I.    Kritik Metodologis
Setelah membaca penelitian yang dilakukan oleh Mustafa Muhsin dalam tesisnya ini, maka kritik awal reviewer tesis ini adalah dari aspek judul, yang menjadi tema tulisan tesis. Judul Tesis ini adalah Paradigma Pendidikan Pembebasan Perspektif Pendidikan Islam.
Fungsi sebuah judul merupakan format kesimpulan (summary form), isi dari seluruh penyelidikan, judul merupakan kerangka referensi (frame of referency) untuk keseluruhan tesis, judul merupakan milik kita  sebagai penelitian dan oleh karenanya kita dapat mengklaimnya, judul memungkinkan penelitian-penelitian lain (sebagai referensi) untuk kemungkinan mensurvei teori.  Judul tesis hendaknya singkat dan spesifik, tetapi cukup jelas  memberikan gambaran mengenai penelitian yang diusulkan . Dari judul di atas, yang tampak adalah tentang pandangan-pandangan pendidikan islam tentang pendidikan pembebasan, sehingga terkesan masih deskriptif, padahal sebuah tesis haruslah berkriteria penelitian mandiri yang berangkat dari sebuah penemuan yang baru.
Dalam latar belakang masalah penelitian dijelaskan mengenai apa yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian ini, biasanya alasan yang diajukan oleh peneliti adalah adanya kesenjangan antara apa yang diinginkan (keadaan yang ideal atau yang semestinya) dengan keadaan yang ada saat penelitian tersebut akan dilakukan . Penulis menjelaskan panjang lebar mengenai pengertian/definisi dan tujuan pendidikan bagi manusia, baik pendapat tokoh barat maupun tokoh dalam pendidikan islam, namun belum terlihat adanya perdebatan antara yang pro dengan yang kontra pendidikan pembebasan. Menurut reviewer, apa yang dipaparkan penulis dalam latar belakang masalah belum cukup mendeskripsikan apa yang akan menjadi bahan kajian  dan belum mendeskripsikan tentang kesenjangan apa saja yang terjadi. Dalam sebuah penelitian ilmiah perlu adanya informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan, dan juga memunculkan informasi hasil-hasil yang bertentangan, kemudian bila informasi itu ada suatu kenyataan, di situlah tugas peneliti untuk menjelaskannya melalui penelitian , sebagaimana telah disebutkan dalam buku pedoman akademik bahwa latar belakang masalah perlu dijelaskan tentang pentingnya judul yang akan di teliti baik dari segi historis, ekonomis, politis, pendidikan, dakwah maupun lainnya. Di latar belakang penelitian ini, reviewer tidak melihat perdebatan akademik yang berhubungan dengan pendidikan pembebasan dan kajian-kajian yang ditawarkan dalam rumusan masalah dan belum mendeskripsikan tentang kesenjangan apa saja yang terjadi.  Dalam penulisan tesis, perdebatan akademik sangat diperlukan untuk mengarahkan tema yang akan diteliti. Keberadaan teori-teori yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh yang mendukung keberadaan tema sangat menentukan posisi penulis apakah dia berdiri pada posisi mendukung atau menolak teori dari tokoh-tokoh tersebut, di samping itu, dalam sebuah penelitian ilmiah perlu adanya informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan dan juga memunculkan informasi hasil-hasil yang bertentangan, kemudian bila informasi itu ada suatu kenyataan di situlah tugas peneliti untuk bermaksud menjelaskannya melalui penelitian.
Menurut yang saya baca dari tesis ini, penulis kurang teliti dalam mengetik dan ada beberapa transliterasi yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh SPS UIN Syarif Hidayatullah, istilah-istilah berbahasa arab harus ditulis dengan menggunakan transliterasi Arab-Latin yang konsisten , hal ini bisa dijumpai dalam beberapa halaman tesis di antaranya pada halaman 19 baris ke empat dari bawah tertulis “leteratur” seharusnya “literatur”, halaman 58 tertulis ‘adh Allah (hamba Tuhan) seharusnya ‘abd Allah (hamba Tuhan), khalifah Allah fi al-ardh seharusnya kata ardh bukan dh tapi huruf d dengan titik di bawah, halaman 83 tertulis “kebabasan” seharusnya “kebebasan”, “memeberi” seharusnya “memberi”, halaman 46 tertulis “apabiia” seharusnya “apabila”, “multitrafic” seharusnya “multitraffic”, kemudian pada halaman 52 tertulis  “konstuktif”  yang seharusnya adalah “konstruktif”,   dan banyak lagi yang tidak memungkinkan untuk ditampilkan seluruhnya dalam review ini. Dalam tesis ini penulis memaparkan teknik penulisan tesis yang disesuaikan dengan buku pedoman penulisan karya ilmiah yang digunakan di Sps UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni pertama dalam penulisan daftar pustaka, Al qur’an ditempatkan pada urutan pertama sebagai bentuk penghormatan, kedua jika dalam satu halaman  terdapat lebih dari satu catatan kaki, maka antara satu catatan kaki dengan catatan kaki yang lain jaraknya tetap satu spasi bukan dua spasi, ketiga dalam catatan kaki, sumber pengambilan ditulis lengkap, bagi catatan kaki pengulangan tidak ditulis lengkap, hanya bagian esensi saja, yakni nama penulis, judul buku, tahun terbit dan halaman. Demikain tidak digunakan digunakan istilah ibid, op cit dan loc cit. Nama pengarang, baik dalam catatan kaki maupun dalam daftar pustaka tidak menggunakan gelar akademik, dan penulisan nama pengarang khususnya di daftar pustaka ditulis dengan nama dibalik.
Dalam identifikasi masalah, penting dijelaskan berbagai kemungkinan permasalahan yang muncul dari judul (dengan meninjaunya dari berbagai perspektif) sehingga diketahui bahwa judul yang akan dibahas banyak permasalahan yang bisa muncul karena berbagai tinjauan.  penulis menyampaikan 4 (empat) hal yang terdiri dari 2 (dua) pertanyaan dan 2 (dua) pernyataan, seharusnya semua berbentuk pertanyaaan.
Rumusan tujuan penelitian tentu saja harus sejalan dan konsisten dengan rumusan masalah penelitian. Dalam perumusannya, penyusunan proposal tidak harus menyebutkan secara eksplisit tujuan dari penelitiannya. Penulis hendaknya menggunakan kata-kata operasional yang dapat digunakan dalam perumusan tujuan penelitian adalah “mengetahui, menjelaskan, mengelaborasi, mengungkap, membuktikan, mencari hubungan / perbedaan antara, membangun / meneruskan konsep, menilai, dan sebagainya. Tujuan penelitian ini dapat dibagi dua: (1) tujuan umum, yakni dirumuskan berdasarkan permasalahan umum yang telah ditetapkan. (2) tujuan khusus yakni dirumuskan berdasarkan rumusan yang lebih spesifik dari perumusan masalah yang ditetapkan.  Apa yang dinyatakan dalam rumusan masalah penelitian juga perlu dinyatakan sebagai tujuan dari sesuatu penelitian; hanya saja formulasinya bisa berbeda.  Menurut saya perumusan tujuan penelitian yang diungkapkan penulis tidak sejalan dan tidak konsisten dengan perumusan masalah di awal, perumusan masalah ada 2 poin seharusnya tujuan mengacu pada permasalahan.
Dalam penelitian terdahulu yang relevan, peneliti tidak memposisikan dengan jelas peta penelitiannya dari peneliti sebelumnya (prior research). Peneliti harusnya mengusahakan bahwa penelitian terdahulu yang relevan menampilkan daftar pustaka penelitian yang terbaru, relevan dan asli dari jurnal ilmiah atau hasil penelitian lain. Penelitian terdahulu yang relevan dipahami sama dengan tinjauan pustaka, telaah kepustakaan atau kajian pustaka atau istilah yang sama maksudnya. Karena itu penulis hendaknya menguraikan dengan jelas kajian pustaka yang menimbulkan gagasan dan mendasari penelitian yang akan dilakukan.
Penelitian terdahulu yang relevan menguraikan teori, temuan dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan. Uraian dari penelitian terdahulu yang relevan diarahkan untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Ketika berbicara tentang penelitian terdahulu yang relevan dengan menggunakan istilah dari M. Amin Abdullah yakni prior research on topic, mengatakan bahwa tidak semua buku yang dibaca harus masuk ke proposal atau naskah penelitian (skripsi, tesis, disertasi) tetapi hanya buku-buku dan hasil penelitian terdahulu yang terkait sajalah yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.
Ketika memaparkan metode yang digunakan dalam penelitian sudah baik, tetapi masih terlihat abstrak, karena terlalu melebar. Untuk menghindari itu semua perlu dipahami dulu tentang apa yang dimaksud dengan metode ilmiah. Metode ilmiah adalah suatu pendekatan dalam menemukan informasi yang akurat. Setelah memahami definisi tersebut, maka sebuah penelitian harus menggunakan metode ilmiah yang meliputi lima tahapan antara lain: (1) membuat hipotesa masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menarik kesimpulan, (4) memperbaiki kesimpulan, (5) teori, adalah kumpulan ide dan saling berhubungan yang membantu memberi penjelasan dan membuat prediksi.
Dalam tehnik analisis data, penulis menyebutkan akan menggunakan tehnik analisis dokumen atau analisis isi (document or content analysis), akan tetapi penulis belum menjelaskan apa yang dimaksud dengan analisis tersebut. Content Analysis  berangkat dari aksioma bahwa studi tentang proses dan isi komunikasi itu merupakan dasar bagi semua ilmu sosial. Content Analysis merupakan analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi, secara teknis content analysis mencakup upaya:
1). Klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi.
2). Menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi.
3). Menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.
Pada bab V, kesimpulan yang diambil oleh penulis belum sinkron dengan perumusan masalah yang telah ditetapkan pada bab I, seharusnya kesimpulan yang diambil penulis dari suatu penelitiannya mengacu dan menjawab perumusan masalah.
A.    Kritik Teori
Judul yang dipilih penulis untuk tesisnya menyiratkan bahwa isinya masih bersifat deskriptif karena hanya berisi pandangan-pandangan pendidikan islam terhadap pendidikan pembebasan, menurut reviewer akan lebih menarik jika judulnya menjadi “Implementasi Pendidikan Pembebasan dalam Pendidikan Islam” yang berisi tawaran-tawaran dan penerapan pendidikan pembebasan dalam pendidikan islam.
Dalam perumusan masalah, penulis mengajukan 2 permasalahan yaitu:
1.    Apakah paradigma pendidikan pembebasan PAI dapat diimplementasikan dalam pembelajaran?
2.    Bagaimana implementasi pendidikan pembebasan di sekolah?
Dari dua permasalahan tersebut dapat diketahui kalau penulis hendak menyoroti pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah kaitannnya dengan pendidikan pembebasan, akan tetapi pembahasan penulis pada bab-bab selanjutnya melebar ke pendidikan islam sebagai lembaga (lembaga pendidikan islam), seharusnya penulis fokus pada pembahasan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah.
3.    Alternatif desain penelitian
Jika reviewer ada pada posisi sebagai penulis maka akan menampilkan penelitian dengan judul “Implementasi Pendidikan Pembebasan dalam Pendidikan Islam” dan lebih mefokuskan penelitian pada Pendidikan Agama Islam sebagai materi pembelajaran atau sebagai mata pelajaran bukan pendidikan islam sebagai institusi atau lembaga.

Alternatif Outline:
BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Masalah
B.    Permasalahan
C.    Tinjauan Pustaka
D.    Tujuan Penelitian
E.    Manfaat/Signifikansi Penelitian
F.    Metodologi Penelitian
G.    Sistematika Penulisan
BAB II        PENDIDIKAN PEMBEBASAN
A.    Pendidikan yang Membebaskan
B.    Membangun Interaksi Humanis di Kelas
C.    Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
D.    Membangun Kecerdasan Siswa
E.    Otoritas dan Peran Guru
BAB III    PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEBAGAI UPAYA PEMBEBASAN
A.    Islam sebagai Agama Pembebasan
B.    Konsep Kebebasan dalam Islam
C.    Materi Pendidikan Agama Islam
D.    Pendidikan Agama Islam sebagai Paradigma Pembebasan
BAB IV    IMPLEMENTASI KEBEBASAN DALAM PEMBELAJARAN
A.    Perencanaan Pembelajaran
B.    Penerapan Strategi Pembelajaran
C.    Kurikulum yang Mencerdaskan
D.    Pembelajaran yang Menyenangkan
BAB V    PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.    Saran-saran


DAFTAR PUSTAKA
1.    Buku pedoman akademik mahasiswa Sps. Uin Syarif Hidayatullah Jakarta,  program magister dan doktor kajian Islam 2009-2010, (Jakarta, Sps UIN Jakarta, 2009).
2.    Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Rake Sarasin, 2000).
3.    Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2007).
4.    Soediro Dirjosisworo, Pengantar Epistemologi dan Logika (Bandung: Remaja Karya, 1995).
5.    Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta, Rineka Cipta, 1998).
6.    Hamid  Nasuhi, et.al, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: (Skripsi, Tesis dan Disertasi), cet. Ke-II, (Jakarta: CeQD: Center for Quality Development and Assurance), Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif  Hidayatullah Jakarta, 2007).
7.    Suwendi, Modul Metodologi Penelitian Program Dual Mode System, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
8.    M. Abdullah, et.al, Metodologi Penelitian Agama Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006).










OUTLINE
BAB I        PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Masalah
B.    Permasalahan
C.    Tinjauan Pustaka
D.    Tujuan Penelitian
E.    Manfaat/Signifikansi Penelitian
F.    Metodologi Penelitian
G.    Sistematika Penulisan
BAB II        PENDIDIKAN PEMBEBASAN
A.    Pendidikan yang Membebaskan
B.    Membangun Interaksi Humanis di Kelas
C.    Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa
D.    Membangun Kecerdasan Siswa
E.    Otoritas dan Peran Guru
BAB III    PENDIDIKAN ISLAM SEBAGAI UPAYA PEMBEBASAN
A.    Islam sebagai Agama Pembebasan
B.    Konsep Kebebasan dalam Islam
C.    Pendidikan Islam sebagai Paradigma Pembebasan
BAB IV    KEBEBASAN DALAM PEMBELAJARAN
A.    Perencanaan Pembelajaran
B.    Penerapan Strategi Pembelajaran
C.    Kurikulum yang Mencerdaskan
D.    Materi Pembelajaran Agama Islam
E.    Pembelajaran yang Menyenangkan
BAB V    PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.    Saran-saran